Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21 INFORMASI ARTIKEL ABSTR AK ...

12 Pages·2017·0.41 MB·Indonesian

VOL. 2, NO. 2,
ISSN: 2476-9703
APRIL, 2017

Journal homepage: http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/muallimuna

Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21

INFORMASI ARTIKEL A B S T R AK
Penulis: Indonesia
Aslan
Pendahuluan: Artikel ini bertujuan untuk mengkaji

bagaimana peran pumping teacher dalam menangani
Dosen
Institut Agama Islam Sultan pendidikan abad 21. Metode: Penelitian ini menggunakan
Muhammad Syafiuddin metode kajian pustaka dengan cara menelusuri berbagai
Sambas
sumber referensi secara kritis untuk mendapatkan data yang

Email: utuh dan dapat dipercayai. Hasil: Guru bukan hanya
[email protected] mampu digugu dan ditiru, tetapi mampu memberikan

motivasi kepada anak didiknya agar semangat dalam

belajar. Oleh karena itu, guru harus bisa menjadi pumping

Kata Kunci: teacher dengan gaya belajar biofili. Dengan adanya
Pumping Teacher; semangat guru dalam mengajar, sehingga tertanam konsep
Pendidikan Abad 21
dalam hati guru bahwa mengajar dari hati bukan mengejar

materi. Sehingga dapat menciptakan anak didik yang

Halaman: 89-100 beriman, berilmu, bertakwa dan berkarakter yang siap
menghadapi tantangan pendidikan di abad 21 ini.

English
Introduction: This article aims to examine how the role of
pumping teacher in 21st century education. Method: This
research uses literature review method by tracing various
reference critically to get the valid and reliable data. Result:
The role of teachers is not enough to be person followed and
imitated, but they have to give motivation to their students
in order to spirit in learning. Therefore, the teacher should
be able to be a pumping teacher with the learning style of
biofili. With the spirit of teachers in teaching, so teachers do
the concept that teaching from the heart and they are not
pursuing the material. So that, they can drive students who
are faithful, knowledgeable, cautious and character who is
ready to face the challenges of education in the 21st century.
Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21, Oleh: Aslan: 89–100 90

1. PENDAHULUAN Selain itu, tantangan pendidikan di
abad 21 ini, bukan saja berkaitan dengan
Pendidikan saat ini berbeda dengan
perilaku anak yang negatif, tetapi berkaitan
pendidikan zaman orangtua kita dahulu.
juga dengan perilaku guru yang tidak
Zaman dahulu, pendidikan bukan saja untuk
mencontohkan sebagai seorang pendidik.
mengasah ranah kognitif, tetapi pada ranah
Perilaku guru maupun anak banyak beredar
afektif dan psikomotorik sama-sama
di dunia maya saat ini, baik dari media cetak
berjalan. Seingat saya, orangtua bercerita
yang telah dicetak, seperti surat kabar,
zaman dulu pada saat ia masih sekolah, kira-
koran, tabloid dan lain-lain, media televisi
kira angkatan pendidikan Sekolah Rakyat
yang selalu memberikan informasi tanpa
(SR) hanya bermodalkan kognitif dengan
jeda di layar kaca televisi kita selama 24 jam,
hapalan yang kuat, karena hampir siswanya
dari media internet yang selalu bisa diakses
tidak mempunyai buku dan hanya
kapan saja dan dimana saja dengan biaya
mempunyai kapur tulis dengan kayu atau
murah dengan mendapatkan informasi
sejenis papan dengan metode mencatat apa
melimpah ruah.
yang dijelaskan oleh guru dan penjelasan
Perilaku yang tidak menampakkan
tersebut lansung diingat, karena penjelasan
karakter pada guru merupakan tantangan
yang dicatat oleh siswa lansung juga dihapus
lembaga pendidikan di abad 21 ini yang
jika adanya pergantian mata pelajaran baru.
seharusnya perlu mendapat sorotan dari
Orang dahulu, bukan hanya metode
pemerintah. Nilai-nilai positif yang
hapalannya kuat tetapi hormatnya kepada
diajarkan oleh orangtua melalui pendidikan
guru sangat tinggi. Berbeda halnya dengan
dalam keluarga, guru, melalui pendidikan di
zaman sekarang yakni era informasi, hanya
sekolah yang diserap oleh anak hanya
mengandalkan nilai yang tinggi tanpa
terinternalisasi dari perbuatan yang negatif
memperhatikan karakter anak. Mungkin,
dan hanya sebagian terinternalisasi dari
itulah tantangan pendidikan di abad 21 ini
perbuatan yang positif (Pettit, 2010). Bahkan,
yang hanya mengandalkan ranah kognitif
untuk menanggulangi dari perbuatan-
tanpa memikirkan aspek afektif.
perbuatan yang dilakukan oleh guru
91 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

maupun oleh siswa yang tidak perlu yang berkualitas, beriman dan bertaqwa
dicontoh dalam dunia pendidikan sehingga (Suryadi, 1999).
lahir berbagai macam ragam penelitian Guru yang dianggap mampu
tentang pendidikan karakter saat ini. memberikan nilai-nilai pendidikan dan
Bahkan menyikapi permasalahan karakter selalu menjadi sorotan dalam dunia
tersebut, menurut Thomas Lickona, pendidikan. Bahkan, orangtua menganggap
perlunya penanaman nilai sehingga dengan guru, bukan saja mampu mengajarkan
adanya nilai-nilai yang diajarkan oleh semua mata pelajaran yang ada di sekolah
orangtua, guru maupun pendidik lainnya tetapi mampu juga dalam membentuk
dapat membentuk karakter anak sejak dini., karakter anak.
karena “Pendidikan karakter tak ubahnya Paparan diatas, mengilhami penulis
seperti mengukir, memberikan sentuhan dalam artikel ini untuk memberikan
agar barang tersebut memiliki nilai lebih. gambaran terhadap dunia pendidikan di
Itulah sebabnya, ukiran sering lebih bernilai abad 21 ini, yakni era informasi dengan
daripada harga barang yang diukir itu tantangan yang bermacam ragam dari kelah-
sendiri” (Lickona, 2012). kesuh orangtua, masyarakat terhadap
Oleh karena itu, tugas guru dalam perilaku anak-anak, remaja dengan tidak
memberikan pendidikan, bukan saja menggambarkan karakter yang telah
mengajarkan anak pada ranah kognitif, diajarkan pada lembaga keluarga, sekolah
tetapi mampu membentuk ranah pada aspek dan masyarakat. Oleh karena itu, untuk
afektif dan psikomotorik., karena guru mengantisipasi tragedi realita pendidikan
bukan hanya mengajar dikelas tetapi mampu kita saat ini, seharusnya guru bisa menjadi
mendidik dan membimbing peserta didik “Pumping Teacher” yang bukan saja
kearah perilaku yang positif (Uno, 2008). memberikan motivasi kepada anak didik,
Akan tetapi, menjadi seorang guru yang tetapi mampu menanamkan nilai-nilai
mampu “digugu dan ditiru”, bukan berarti karakter sehingga menjadi kebiasaan dan
perilaku yang tidak mengandung karakter menjadi perilaku dalam kehidupannya
ditiru oleh anak, tetapi guru harus siap dan sehari-hari.
mampu membentuk karakter anak, sehingga Adapun fokus kajian dalam artikel ini
dapat menciptakan sumber daya manusia adalah; a) Apa sebenarnya fitrah seorang
Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21, Oleh: Aslan: 89–100 92

guru?., dan b) Bagaimana untuk menjadi hati”) (Ramli, 2006). Sedangkan dalam ilmu
Pumping Teacher di abad 21 ini, yang bukan psikologi, Pumping termasuk aliran psikologi
saja mampu dalam kompetensi tetapi behaviourisme, dimana guru selalu
mampu “digugu dan ditiru”? melakukan pelatihan-pelatihan kepada
siswa untuk membentuk kerpribadian yang
2. METODE berkarakter yang dilakukan secara terus
menerus tanpa jeda. Selain itu, dalam aliran
Penulis dalam memberikan jawaban
behaviorisme ini, guru bukan hanya mampu
sesuai dengan fokus penelitian melalui
membentuk karakter anak di sekolah tetapi
metode kualitatif dengan kajian dokumen.
mampu menciptakan lingkungan yang
Kajian dokumen dianggap sebagai analisis
dapat membentuk karakter anak.
dokumen, yang terdiri buku, artikel, internet
Seorang guru untuk menjadi
dan bahan-bahan yang sesuai dengan
Pumping teacher, terlebih dahulu tertanam
penelitian. Adapun cara-cara dalam
hatinya untuk mendidik siswanya, tanpa
pengumpulan datanya., Pertama, melalui
pernah terlintas sedikitpun dalam hatinya,
kajian kepustakaan yang sesuai dengan
bahwa mengajar adalah untuk mencari
bahan yang akan diteliti. Kedua., setelah data-
materi semata. Hati yang bersih, jiwa yang
data telah diperoleh oleh peneliti, maka
suci yang ada pada guru, sehingga dapat
selanjutnya menganalisis datanya melalui
menghidupkan cahaya hati guru untuk
metode deskriptif sesuai dengan
menjadi guru yang kaya. Setelah menjadi
pemahaman penulis dalam melakukan
guru kaya, baru bisa menjadi Pumping
kajian ini (Long, 2016).
teacher, sehingga proses belajar mengajar

yang dilakukan dikelas menjadi hidup tanpa
3. HASIL
kaku sedikitkan. Guru yang dapat
Pumping Teacher
menghidupkan suasana belajar dianggap
Istilah Pumping, diambil dari bahasa
guru yang memiliki tekhnik pengajaran
Inggris, artinya “memompa”. Sedangkan
“Biofili”.
Pumping, dikatikan dengan proses belajar
Biofili dapat diartikan sebagai “Bio
mengajar adalah membangkitkan motivasi
(hidup) dan Fili (jiwa) yakni jiwa yang
siswa dengan mengoptimalkan keseluruhan
hidup”. Jika dikaitkan dengan guru, maka
jiwa dan raga, (“panca indera, otak dan
93 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

guru biofili adalah guru yang memberikan belajar., Ketiga, segala permasalahan yang
pelajaran kepada siswa tanpa ada tekanan dilakukan siswa dijadikan sebagai cobaan
dari pihak manapun, baik masalah hidup., Keempat, jadikan anak didik kita
kewajiban menjadi guru maupun kewajiban sebagai mitra belajar., Kelima, mengajar
tugas yang harus di jalankan. Guru biofili didasari rasa cinta yang mendalam kepada
mengajar dari hati tanpa mencari materi, anak didik.
sehingga rasa kasih sayang, cinta, dalam Menurut Jaudah Muhammad
belajar tumbuh dengan sendirinya untuk Awwad, letak pentingnya sifat yang dimiliki
membentuk perilaku anak yang berkarakter. guru adalah karena sifat-sifat tersebut akan
Teknik biofili adalah teknik yang dijadikan anak didiknya sebagai contoh,
dapat menghidupkan suasana belajar diantaranya jauhkan diri dari sifat iri, dengki
mengajar siswa tanpa siswa merasa bosan dan dusta, jaga selalu penampilan guru,
dalam menerima pelajaran yang yang meyangkut kebersihan jasmani
disampaikan oleh guru. Untuk menjadi guru maupun rohani agar dapat dijadikan teladan
biofili, sehingga disenangi bukanlah yang bisa dicontoh oleh anak-anak (Awwad,
semudah membalikkan telapak tangan., 1995).
karena tugas guru amatlah berat dalam Guru adalah orang dewasa yang
mendidik dan mengajar siswa. Oleh karena secara sadar bertanggung jawab dalam
itu, “biofili” yang ingin dimiliki oleh guru, mendidik, mengajar, dan membimbing
pertama-tama adalah tertanam dengan kuat peserta didik. Guru merupakan profesi yang
dalam hatinya untuk mengajar dari hati bukan sembarang dipegang oleh orang.
bukan dari materi. Guru dianggap professional adalah guru
Adapun langkah-langkah untuk yang bukan saja mampu dalam memberi
menjadi guru biofili adalah; Pertama, pendidikan kepada anak tetapi mampu
yakinkan dalam hati kita, mengajar dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan
rasa kerelaan, tanpa merasa beban, baik demi mendapatkan pendidikan yang
secara intern maupun extern., Kedua, ubah selanjutnya (Pidarta, 2007).
cara pandang mengajar, bahwa guru tahu Menurut Hudaya Latuconsina,
segala-galanya sehingga menjadi rasa menjelaskan bahwa guru dianggap
angkuh, tetapi guru dan siswa sama-sama professional adalah guru yang mempunyai
Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21, Oleh: Aslan: 89–100 94

kompetensi pribadi, kompetensi sosial, yang berbeda. Hal ini berarti, guru telah
kompetensi professional. Selain itu, guru mematikan berpikir kritas anak. Berpikir
bukan hanya mampu memiliki kompetensi kritis adalah siswa yang mampu memahami
tersebut tetapi juga mampu memberikan bacaan yang ada dibuku tanpa mengutip isi
pelajaran kepada siswa secara kreatif, buku seperti aslinya. Matinya daya nalar
sehingga dalam menghasilkan lulusan pun siswa berarti matinya juga kreativitas siswa.
mampu juga bersaing dalam dunia kerja Hal ini juga senada dengan pendapat
maupun di bangku kuliah (Latuconsina, Thoifuri. Ia menjelaskan, tugas guru yang
2014). paling dominan dalam memberikan
Paradigma guru yang dulunya dalam pengajaran kepada anak adalah
proses belajar mengajar selalu didominasi mengembangkan potensi anak (Thoifuri,
oleh guru tanpa memberikan kesempatan 2002). Potensi dalam hal ini bukan saja
kepada siswa untuk bertanya, sehingga saat berkaitan dengan menghapal seperti
itu, guru dianggap mematikan berpikir kritis “Sejarah” tetapi mampu memahami bacaan
anak. Guru memberikan nilai yang baik bagi sesuai dengan apa yang ia pahami, baik
hasil jawaban ulangan harian jika kalimatnya melalui bacaan atau apa yang disampaikan
sama dengan yang tertera dalam buku. oleh guru.
Sedangkan jawaban yang tidak sesuai Dalam hal ini, tugas bagi seorang
dengan kalimat yang tertera dibuku guru bukan hanya mematikan daya nalar
dianggap salah, padahal bias saja siswa sehingga berakibat pada kreatifitas
jawabannya hampir sama tetapi redaksi siswa, tetapi mampu juga dalam “mendidik,
kalimatnya yang berbeda. mengajar dan melatih”. Mendidik yang
Paparan yang perlu digaris bawahi dimaksud adalah bukan hanya sebatas
adalah anak dianggap pintar jika anak memberikan mata pelajaran tetapi siswa
mampu memberikan jawaban yang sama mampu mengaplikasikan dalam kehidupan
seperti buku., dan anak yang dianggap sehari-hari melalui didikan yang diberikan
bodoh adalah anak yang tidak bisa oleh guru. Sedangkan mengajar adalah
memberikan jawaban yang sama seperti apa bukan hanya sebatas memberikan pelajaran
adanya dalam buku., padahal jawaban anak di sekolah, tetapi siswa mampu
tersebut sama tetapi redaksi kalimatnya mengembangkan pendidikan dalam
95 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

bersosialisasi pada masyarakat. Sementara syarat-syarat tertentu agar bisa menjadi
melatih adalah bukan hanya melatih untuk guru.
maju didepan kelas tetapi siswa mampu Syarat yang perlu ada untuk menjadi
tampil di masyarakat untuk menjadi bagian guru sudah diatur oleh Undang-Undang
dari masyarakat (Fakhrudin, 2009). seperti yang telah diutarakan oleh Syaiful
Guru bukan saja mampu Bahri Djamarah. Ia menjelaskan untuk
mempersiapkan Sumber Daya Manusia menjadi guru, syarat yang pertama adalah
(SDM) tetapi mampu juga mempersiapkan memiliki ijazah sebagai pendidik.
generasi-generasi penerus sebagai pengganti Selanjutnya “profesional, sehat jasmani dan
penerus nantinya. Guru bukan hanya rohani, takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
memiliki kompetensi yang melekat pada dan kepribadian yang luhur, bertanggung
dirinya tetapi melekat juga pada anak jawab dan berjiwa nasional” (Djamarah,
didiknya. Guru bukan hanya bisa menjadi 2010). Apabila semua syarat telah terpenuhi,
idola bagi anak didiknya, tetapi bisa juga maka akan bisa menjadi guru, tetapi belum
mencetak anak didik yang beriman, berilmu, tentu bisa untuk digugu dan ditiru. Guru
bertakwa agar menjadi idola dan harapan dalam proses belajar mengajar, kunci yang
masyarakat. Hal inilah sebenarnya yang utama untuk keberhasilan dalam
penting untuk kita ketahui, sebagai fitrah menyampaikan mata pelajaran adalah
seorang guru dan guru yang ingin untuk memberikan motivasi kepada anak.
menjadi pumping teacher, yang bukan hanya Motivasi yang diberikan kepada anak,
dapat memberikan motivasi kepada anak bukan hanya ditentukan oleh faktor
tetapi dapat juga mencetak anak yang intelektual maupun faktor non-intelektual.
berkarakter. Motivasi adalah energi yang berfungsi
sebagai “pendorong, pengarah dan
Motivasi Guru dalam Pengajaran Yang penggerak tingkah laku” anak didik. Dengan
dilakukan dikelas adanya motivasi, siswa terasa semangat
Seperti yang telah dijelaskan diatas, untuk belajar tanpa ada paksaan dari guru
bahwa menjadi seorang guru bukanlah (Aqib, 2002). Motivasi yang diberikan oleh
mudah seperti membalikkan telapak tangan, guru kepada anak didiknya dapat menjadi
tetapi ingin menjadi guru harus memenuhi bekal untuk dia belajar, sehingga rasa ingin
Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21, Oleh: Aslan: 89–100 96

mengetahui lebih mandalam (Yamin, 2006). kewajiban. Hasil penelitiannya,
Untuk membangkitkan motivasi siswa agar menggemparkan kita semua dalam ruang
semangat belajar tanpa paksaan, perlu lingkup pendidikan, ternyata implikasi dari
pengorbanan, baik masalah waktu maupun motivasi tersebut, telah melatih otak kita dan
masalah kesabaran pada diri seorang guru. mengubah midset kita, bahwa kesungguhan
dalam belajar adalah untuk mendapatkan
Tabrani menjelaskan, untuk hadiah sehingga ruh-ruh pendidikan telah
menumbuhkan motivasi siswa perlu hilang.
beberapa cara yang ditempuh, diantaranya Oleh karena itu, menjadi Pumping
menghargai pendapat siswa walaupun teacher, bukan saja mampu memberikan
jawaban siswa terkadang salah, memberikan motivasi tetapi mampu memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya pengajaran yang terbaik, tanpa secara sadar
(Tabrani, 1994). Sementra, Jeremy Joe, siswa dengan giatnya belajar tanpa adanya
memberikan penjelasan terhadap motivasi beban. Bahkan, siswa dalam belajar tanpa
intrinsik dan ekstrinsik. Namun, yang paling mengharapkan apa-apa dari guru tetapi
menarik disini adalah tentang motivasi siswa belajar untuk dirinya sendiri dan
ekstrinsik yang diberikan oleh guru adalah untuk masa depannya.
tidak terlepas dari hukuman dan hadiah.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Potret Diri Pumping Teacher dan Gaya
Alfie Kohn (2011), jika siswa tidak semangat Belajar Siswa
dalam belajar karena beberapa faktor, Saat ini kita hidup dalam dunia
sehingga guru memberikan dorongan informasi dengan berbagai kecanggihan
kepada siswa berupa hadiah jika teknologi, baik media cetak, internet dengan
mendapatkan nilai A. Adanya dorongan berbagai macam ragamnya dan berbagai
tersebut, sehingga siswa dengan giatnya macam murahnya.
untuk belajar, tetapi hadiah tersebut ternyata Paparan ini mengingatkan saya,
telah mematikan kretivitas siswa., karena tentang diskusi dengan teman saya yang
tujuan dari belajar siswa adalah untuk masih kuliah S1 di Universitas Banjarmasin
mendapatkan hadiah, tetapi tidak tertanam Program Studi Dakwah. Ia menjelaskan,
dalam midset siswa, belajar adalah suatu dahulu yang menentukan hidup adalah
97 MUALLIMUNA: Jurnal Madrasah Ibtidaiyah, Volume 2, Nomor 2, April 2017

“harta, tahta dan wanita”. Tetapi sekarang dalam memberikan motivasi kepada anak
ini sudah bertambah satu lagi, yakni “kuota didiknya. Bahkan, menjadi guru adalah
internet”. Manusia tidak mati kelaparan jika mengasyikkan sehingga terbitlah buku
kehabisan makanan dalam satu hari, tetapi dengan judul “Pumping Teacher” yang telah
jika kuota internet habis, bukan satu hari saja, mendapat lisensi dengan pengarang
dalam hitungan menit sudah diisi lagi bukunyanya adalah Amir Tengku Ramly.
dengan kuota baru. Hal ini berarti, seseorang Menurut seorang filosop Yunani
yang kehabisan kuota internet, bukan jangka Hippocrates yang dipopulerkan oleh
waktu sehari, tetapi jangka hitungan detik, Florence Littaur dalam bukunya Personality
sudah mati, yakni matinya informasi. Plus tentang empat potret dasar prilaku
Oleh karena itu, kuota internet sangat manusia yakni “Sanguinis popular, prilaku
menentukan hidup dalam dunia maya yakni koleris kuat, perilaku phlegmatis damai, dan
untuk mendapatkan informasi dan begitu prilaku melankolis sempurna” (Ramly, 2006).
juga seharusnya dalam dunia pendidikan., Menurut hemat penulis, empat potret
karena dengan adanya teknologi informasi dasar perilaku manusia ini, ada kaitannya
dalam dunia pendidikan memberi gambaran dengan “Pumping Teacher” dalam
bahwa bagaimana kita berpikir dan memberikan teladan kepada anak didiknya.
bagaimana untuk mengolah informasi agar Pertama, Guru Sanguinis adalah guru
siswa dapat membedakan hoax atau tidak yang mampu menimbulkan auranya kepada
(Trianto, 2007). Selain itu, teknologi bukan peserta didik dengan menampakkan
saja memberikan informasi, tetapi dapat juga kesenangan kepada siapa saja. Akan tetapi
dijadikan bahan belajar untuk meningkatkan kelemahan dari guru ini adalah mudah lupa
prestasi belajar siswa. dan kurangnya persiapan dalam
Prestasi belajar adalah usaha yang memberikan pelajaran kepada siswa.
dilakukan guru untuk memotivasi siswa Kedua, Guru Koleris adalah guru yang
agar dengan giatnya belajar, sehingga mementingkan tugasnya sebagai kewajiban,
hasilnya dapat dinilai dalam bentuk angka, sehingga dalam hubungan kemasyarakatan
huruf dan simbol yang telah dibukukan yang agak kurang. “Guru koleris senantiasa
disebut “raport”. Untuk melihat hasil belajar, berkata bagaimanapun saya mengajar untuk
siswa tidak terlepas dari peran seorang guru kepentingan sekolah ini. Sebagai orang
Pumping Teacher dalam Tantangan Pendidikan Abad 21, Oleh: Aslan: 89–100 98

koleris, ia merasa bersalah jika satu hari saja perilaku phlegmatis damai, dan prilaku
tidak produktif”. melankolis sempurna”. Tidak semuanya
Ketiga, Guru Phlegmatis adalah guru guru memiliki semua perilaku tersebut yang
yang tidak senang dipuji sehingga dalam dimiliki oleh seorang guru, tetapi perilaku
melakukan sesuatu secara diam-diam. tersebut hanya dimiliki oleh satu guru.
Karakter yang dimiliki guru ini adalah Namun, bukan berarti perilaku tersebut,
“tenang dan terkendali”. guru tidak bisa menampilkan gaya
Keempat, Guru Melankolis adalah peka belajarnya yang monoton tanpa ada
terhadap lingkungan sosial., misalnya dalam pembaharuan.
mengajar selalu memperhatikan perasaan Guru yang ingin merubah gaya
anak didiknya, tetapi “dalam praktik belajarnya, agar selalu disenangi oleh anak,
pembelajaran, secara tegas mereka ingin sebaiknya guru bersama-sama berlatih
berada pada garis yang benar”. sesama guru, agar dengan gaya belajar yang
Guru bukan saja menjadi teladan baru, motivasi siswa muncul dengan
bagi siswa tetapi guru bisa juga sendirinya tanpa perlunya motivasi ektrinsik
menginspirasi siswa. Menjadi guru yang dengan hadiah atau hukuman (Ali, 2000).
baik adalah bukan dari wibawanya yang Oleh karena itu, menjadi “Pumping teacher”
selalu ingin dihormati tetapi menjadi sahabat bukan saja mampu memotivasi siswa tetapi
yang selalu menimbulkan karakter, sehingga bisa juga menampilkan gaya belajar yang
dihormati oleh anak didiknya. Guru bukan baru dan selalu diperbaharui agar semakin
saja mendengar yang terbaiknya saja dari baru.
siswa tetapi guru harus mendengar juga
4. PENUTUP
keluhan-keluhan apa saja yang ada pada
Menanggulangi realitas pendidikan
siswa (Suryaningih, 2015).
saat ini, dengan berbagai permasalahan yang
Dari paparan diatas, memberi
ditimbulkan, baik dari anak-anak maupun
penjelasan kepada kita, bahwa manusia
dari guru dalam pentas pendidikan di
tidaklah sempurna, masih ada saja
Indonesia tidak terlepas dari pembicaraan
kelemahan-kelemahan yang dimilikinya
karakter. Bahkan, untuk menanggulangi
termasuk guru dalam memiliki perilaku
perbuatan tersebut, berbagai macam
“Sanguinis popular, prilaku koleris kuat,
penelitian, baik dari skripsi, tesis, disertasi