Table Of ContentDiroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1, 2 (Maret 2017): 187-202
PERKEMBANGAN HADIS DI INDONESIA PADA ABAD XX
Badri Khaeruman
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Jl. AH. Nasution No. 105, Bandung, Indonesia
E-Mail: [email protected]
Abstract
In searching of history of tradition in Indonesia can be said begun growing in recent years. Although this study has
not been adequate but increasingly snow along the archipelago Islamic discourse that touches various branches of
Islam in Indonesia. In addition to the reason that the study of hadith is not as intense as other studies in Islam, such
as AI-Qur‘an, fiqh, morals and so on, the study of hadith can be said to be growing very slowly. This can be
measured by the fact that the ’scholars Nusantara started writing in tradition since the 17th century. This article will
try to review the development of the study of Hadith in Indonesia in 20 th century that several works written by
scholars of hadith or tradition can be said observers in the archipelago. Whether it works or original manuscripts
speak Arabic and also there are some Works that are adaptations of the work of others.
Keywords: Hadis; Indonesia; Study; Period; Nusantara.
Abstrak
Penelusuran sejarah hadis di Indonesia dapat dikatakan mulai berkembang pada bcbcmpa uhun terakhir ini.
Walaupun belum memadai namun kajian ini scmakin membola salju seiriing Wacana Islam Nusantara yang
menyentuh berbagai cabang ilmu keislaman di Indonesia Selain karena alasan bahwa kajian hadis tidak seintens
kajian di keislaman yang lain, seperti a1-Qur‘an, fiqh, akhlak dan scbagainya, kajian hadis bisa dikatakan
berkembang sangat lambat. Hal dapat diukur melalui kenyataan bahwa para ulama Nusantara mulai menulis di
bidang hadis sejak abad ke-l7. Artikel ini akan mcncoba mengulas perkembangan study hadis di Indones pada abad
ke dua puluh yang melibatkan beberapa karya yang dibahas oleh para ahli hadis atau bisa dikatakan pemerhati hadis
di Nusantara. Baik itu kurya- karya atau naskah asli berbahasa Arab dan juga ada beberapa karya yang bcrsit'at
sudurun terhadap karya lainnya
Kata Kunci: Hadis; Indonesia; Kajian; Nusantara; Periode.
A. PENDAHULUAN berbeda dengan pembaruan di dunia Islam
Guna memberikan landasan teoretis lainnya.Pembaruan di Indonesia lebih
dalam memahami perkembangan Hadis di merupakan sejarah organisasi sosial
Indonesia pada Abad XX, ada baiknya jika keagamaan. Sedangkan di negeri lain lebih
penulis terlebih dahalu memberikan ilustrasi terpusat pada pribadi-pribadi tertentu.
tentang perkembangan Islam di Indonesia itu Semangat kaum pembaru ini muncul karena
sendiri menjelang Abad tersebut.Karena hal dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan
ini berkaitan erat dengan kajian tentang yang telah berkembang di dunia Islam,
perkembangan Hadis di Indonesia sebagai khususnya yang terjadi di kawasan Timur
sumber ajaran Islam yang kedua setelah al- Tengah, seperti gerakan Wahabi di Saudi
Qur’an, baik itu berkaitan erat dengan Arabia dan gerakan pembaruan Muhammad
pengembangan keilmuannya maupun sisi Abduh di Mesir. Namun jauh sebelum
aplikasi petunjuknya. Muhammad Ibn Abdul Wahab (1703-1778),
Penelusuran sejarah Islam di Indonesia Jamaluddin al-Afghani (1839-1897),
pada masa itu, secara sosiologis berkaitan Muhammad Abduh (1845-1905) dan
erat dengan munculnya gerakan pembaruan Muhammad Rasyid Ridha (1856-1935)
pemikiran Islam yang dipelopori oleh para melancarkan gerakan pembaruan Islam,
alumni Timur Tengah, sebagai tempat asal adalah Ibn Taimiyah (1262-1318) yang
munculnya gerakan tersebut.Namun sejarah kemudian diteruskan oleh muridnya, Ibn
pembaruan pemikiran Islam di Indonesia, Qayyim al-Jawziyah (1292-1350), telah
188 Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202
merintis akar pembaruan Islam, yakni dengan sepeni itu, jika dilacak lebih jauh, juga
gagasan utamanya, mengembalikan umat merupakan sikap utama Imam Ahmad Ibn
Islam kepada ajaran yang sesuai dengan al- Hanbal, yang lebih mengutamakan Petunjuk
Qur’an dan al-Sunnah, yang kemudian Hadis ketimbang rasionalitas produk pikiran
menjadi semboyan kalangan Islam modernis manusia.
di Indonesia tersebut. Gagasan Pembaruan Islam yang dirintis
Ibn Taimiyah, melalui pikiran-pikiran oleh Ibn Taimiyyah ini telah masuk ke
kritis maupun kritiknya terhadap prilaku Indonesia sekitar tahun 1802. Menurut M.
keagamaan masyarakat yang dianggap jauh Muljadi Djojomartono dkk, dalam “Dunia
menyimpang dari ajaran al-Qur’an dan al- Baru Islam”3 dinyatakan bahwa bersamaan
Sunnah, menyatakan: dengan pulangnya Haji Miskin dan teman-
“Bahwa Rasulullah SAW telah menjelaskan temannya dari menunaikan haji dan setelah
seluruh segi agama baik prinsip-prinsipnya bermukim beberapa tahun di Makkah, maka
maupun cabang-cabangnya baik segi Wahhabisme pun disebarkan di
batinnya maupun lahirnya, baik segi ilmu Minangkabau oleh Haji Miskin dan kawan-
maupun amalnya.Sesungguhnya prinsip ini kawannya yang terkenal dengan julukan
adalah pangkal prinsip-prinsip ilmu dan Harimau nan Salapan. Mereka adalah;
iman.Barangsiapa berpegang Iebih kuat Tuanku Haji Miskin, Tuanku di Kubu
pada prinsip itu maka ia lebih berhak alas Sanang, Tuanku di Koto Ambalau, Tuanku di
kebenaran, baik dalam segi ilmu maupun Ladang Lawas, Tuanku di Padang Luar,
segi amal...”1 Tuanku di Galung, Tuanku di Lubuk Aur,
Ibn Taimiyah bahkan mengingatkan pula Tuanku Nan Renceh.Mereka dikenal pula
perlunya berhati-hati terhadap berbagai sebagai tokoh-tokoh Paderi, yakni sebutan
pendapat ulama tentang agama, ia dengan bagi yang tidak mengenal ajaran ini, karena
tegas menyatakan: berpakaian mereka selalu berpakian serba
“Banyak di antara mutrahid di kalangan putih.
salafdan khalaf yang telah berpengertian dan
melakukan haI-hal yang sebenarnya Paham ini mendapat tantangan keras dari
merupakan bid 'ah terapi mereka tidak masyarakat setempat yang berpandangan
menyadari bahwa hal itu bid 'ah. Boleh jadi Islam tradisional, sehingga menimbulkan
karena Hadis-hadis lamah (dha 'if) yang pertikaian di antara mereka.Akibat pertikaian
mereka sangka shahih, alau karena ayar- itu sehingga timbul perang Paderi (1785-
ayat Yang mereka pahami daripadanya 1838). Setelah Belanda ikut campur dalam
sesuatu yang tidak menjadi maksudnya, atau pertikaian tersebut, bentuk peperangan pun
karena suatu pendapat pribadi (ra‘yu) yang berubah, yang tadinya antara golongan
dipegangnya padahal untuk masalah Paderi, yang dikenal dengan kaum muda,
bersangkutan terdapal nash-nash yang tidak dengan golongan tradisional, dikenal dengan
sampai kepada mereka2 kaum tua, kemudian bersatu melawan
Demikian sebagian kecil pemikiran Ibn penguasa kolonial.4
Taimiyah mengenai apa yang kemudian
disebut sebagai gagasan keharusan adanya
pembaruan pemikiran Islam. Pernyataan-
3L. Stoddard, Dunia Baru Islam, trans. by H. M.
pernyataan senada, kemudian banyak Muljadi Djojomartono (Jakaarta: Panitia Penerbit,
ditemukan dalam pemikiran keagamaan 1966), pp. 302–3.Tulisan ini bukan berasal dari
muridnya, Ibnu Qayyim al-Jawziyah. Lopthrop Stoddard, melainkan merupakan bab
tambahan yang dilakukan oleh penerjemahan atas
Muhammad Abduh dan Muhmmad Rasyid
perintah Soekarno.
Ridha. Bahkan benang merah pemikiran
4 Uraian ini telah dijelaskan pula pada bab
pendahuluan. Menurut Mahmud Yunus, gerakan
Paderi ini mirip gerakan Wahhabiah di Arab Saudi.
1 Nurchalis Madjid, Khazanah Inlelaktual Islam karena gerakan ini memberantas sikap-sikap
(Jakaarta: Bulan Bintang, 1984), p. 247. masyarakat yang dianggap menyimpang dari ajaran
2 Madjid, p. 290. Islam, dengan cara kekerasan. Lihat, Sejarah Islam Di
Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202 189
Meskipun dalam perang Paderi ini, Yunus, pada tahun 1923 mendirikan
Belanda mampu mengikis habis perlawanan Persatuan Islam.
kaum Paderi,namun paham pembaruan yang Menurut Deliar N0er,8 yang membedakan
disebarkannya tidak lenyap. Bahkan timbul Islam Tradisional dan Islam Modernis
tokoh-tokoh baru.Mereka terus menyebarkan sekurang-kurangnya dari tiga aspek:
ide pembaruan. Tercatat misalnya, Syekh Pertama, semangat pemurnian ajaran.
Muhammad Abdullah Ahmad (1878-1933), Semangat inilah yang telah menumbuhkan
Syekh Haji Abdul Karim Amrullah (1879- upaya-upaya yang tak kenal lelah dari Islam
1945), Syekh Muhammad Jamil Jambek modernis untuk membersihkan ajaran Islam
(1860-1947), Syekh Muhammad Ibrahim dari apa yang mereka sebut sebagai bid ‘ah,
Musa Parabek (1884-963), Syekh Haji Takhayul dan khurafat. Pada perkembangan
Muhammad Thaib Umar (1874-1920) dan selanjutnya, upaya pemurnian yang
lain-lain. dilakukan Islam modernis ini mendapat
Kemudian pada tahun 1918, atas inisiatif reaksi keras pula dari komunitas-komunitas
murid-murid syeikh Abdul Karim Amarullah muslimlainnya, yang kemudian memperoleh
didirikan sebuah perkumpulan yang bernama pijakannya dalam gerakan-gerakan Islam
“Sumatera Thawalib”. Setahun kemudian Tradisional. Mereka misalnya, menyebut
yaitu pada tahun 1919, atas inisiatif gerakan Islam modernis itu sebagai agama
Zainuddin Labai didirikan pula sebuah baru.Sebagai ungkapan penolakan.
organisasi khusus untuk kalangan guru yang Kedua, sikap terhadap tradisi bermadzhab,
diberi nama Persatuan Guru-guru Agama khususnya dalam bidang fiqh, yang
Islam (PGAI).5 kemudian menimbulkan perselisihan di
Adapun gerakan pembaruan di tanah Jawa sekitar masalah khilafiyah dan masalah
dipelopori oleh KH.Ahmad Dahlan dengan taqlid.Islam Modernis menggugat tradisi ini,
mendirikan Muhammadiyah pada tahun 1912 sementara Islam Tradisional
di Yogyakarta.Organisasi ini bertujuan ingin mempertahankannya. Pembicaraan masalah
memajukan pendidikan dan ilmu khilafiyah seringkali meruncing karena
pengetahuan di Indonesia berdasarkan ajaran bercampur dengan kepentingan politik
Islam serta meningkatkan kehidupan sesudah kedua pihak menemukan saluran
beragama di kalangan anggotanya6Selain masing-masing dalam dunia politik.
KH. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyahnya, Ketiga, sikap terhadap perubahan dan
ada tokoh lain yang cukup berperan dalam rasionalitas.Secara umum Islam tradisionalis
pembaruan Islam di pulau Jawa, yaitu syeikh digambarkan sebagai kurang menyukai
Ahmad Soorkati berasal dari Sudan, ia pembahan dan lebih cenderung
melancarkan pembaruannya dalam organisasi mempertahankan kebiasaan yang telah lama
Jami’at Khair,7 yang kemudian pada tahun dianut, sementara Islam modernis sebaliknya,
1913 mendirikan organisasi baru dengan yang menghendaki pembaruan-pembaruan.
diberi nama al-Irsyad. Seementara di Hal ini antara lain tercermin dalam lembaga-
Bandung, H. Zamzam bersama H. Muhmmad lembaga pendidikan pesantren yang
dipertahankan oleh lslam tradisionalis
sebagai model. Sementara Islam modernis
memilih pesantren dengan sistem sekolah
Minangkabau (Sumatera Barat) (Jakarta: Tintamas,
1961), pp. 23–27. (klasikal) yang di Indonesia telah dirintis
5 Hamka, Pengaruh Muhammad Abduh Di oleh pemerintah kolonial Belanda.Pesantren
Indonesia (Jakarta: Tintamas, 1961), pp. 10–14. tradisional dipandang kaum modernis
6 G.F. Fijper, Baberapa Studi Tentang Sejarah
sebagai sistem pendidikan yang tidak efektif
Islam Di Indonesia I900-1950, trans. by Tudjimah dan
dan efisien dan lebih dariitu tidak
Yessy’Agustin (Jakarta: UI Press, 1984), p. 108.
7Jami’at Khair adalah organisasi masyarakat Arab
yang didirikan pada tahun 1905 di Jakarta.Fijper, p.
15. buku di atas, jika dilihat dari gerakanya tampak
sangat modem. Namun masih tradisional dari segi 8 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Di
pemahaman keagamaannva. Indonesia 1900-I942 (Jakarta: LP3ES, 1980), p. 36.
190 Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202
memberikan kesempatan berkembangnya Demikian juga Hadis Nabi.Karena tindakan
aspek rasionalitas di kalangan santri.9 itu dianggap oleh mereka sebagai tindakan
Ketiga aspek di atas, kemudian yang menyimpang dari tradisi
memperoleh bentuknya yang lebih permanen mereka.Khutbah Jum’at dilarang memakai
sebagai usaha memurnikan ajaran Islam, bahasa daerah, harus dengan bahasa aslinya
yaitu dengan jargon “Kembali kepada Alqur yaitu bahasa Arab. Dan kaum tradisional juga
‘an dan al-Sunnah”, yang dikenal melarang sekolah atau pesantren dalam
merupakan semboyan Persatuan Islam. proses belajar-mengajar memakai sistem
Itu pula sebabnya, mengapa NU, yang klasikal. Karena sistem ini merupakan
berdiri pada tahun I926 dan al-Jami’atul warisan Belanda.11
Wasliyah yang berdiri pada tahun 1930,
terlambat didirikan, dibanding B. PEMBAHASAN
Muhammadiyah yang berdiri pada tahun Kitab Perkembangan keagamaan Islam
I912, al-Irsyad berdiri pada tahun 1913 dan Indonesia seperti dipaparkan di muka, tentu
Persatuan Islam berdiri pada tahun 1923. membawa konsekuensi logis terhadap
Salah satu alasan yang cukup bisa perkembangan hadis itu sendiri, yaitu
diterima, berdirinya NU dan aliran-aliran berkembang melalui proses yang alamiah
Islam tradisionalis sejenisnya, merupakan sesuai dengan dinamika keagamaan Islam
sikap atas adanya aksi pembaruan Islam di yang hidup pada masa itu. Jika
Indonesia. Hal ini diungkapkanpula secara perkembangan keislaman itu berproses
gamlang oleh salah seorang tokoh NU dari secara tradisional, maka perkembangan hadis
Pesantren Tebuireng Jombang, Muhammad itupun tidak jauh dari prinsip-prinsip
Ishom Hadzik dalam salah satu tulisannya, tradisional pula.Demikian pula, jika
yang menyatakan: perkembangan keislaman itu berubah, maka
“Ketika dilahirkan pada lahun 1926 NU diduga kuat perkembangan hadis itupun ikut
bukanlah organisasi politik (orpol), tetapi berubah.
organisasi kemasyarakatan (ormas yang
didasarkan ikatan keagamaan yang Sebagaimana diketahui, bahwa pada abad
disimbolkan tali Allah (Hablun Minallah) XX Islam di Indonesia mengalami
yang mengitari dunia.Kelahirannya didorong pembahan, yaitu dengan masuknya paham
terutama oleh dua keinginan. Pertama pembaman pemikiran keislaman, maka
keinginan unruk mempertahankan pilar konsekuensinya pada perkembangan hadis
ideologi kaum muslim tradisional yang mulai pun bisa diduga, yakni selangkah lebih maju
diguncang pengaruh kaum modernis yang dari proses awal yang tradisional itu. Namun
lebih dahulu berdiri. Dan kedua tekad unluk demikian, sebagaimana diketahui pula bahwa
membela eksistensi umat Islam dari tidak semua umat Islam Indonesia menerima
penindasan kolonial”.10 kemunculan paham pembaruan itu, maka
tentu saja berdampak kuat pula terhadap
Jadi, fenomena Islam Indonesia menjelang perkembangan hadis itu sendiri.Dengan
Abad XX benar-benar sangat tradisional, dan demikian, prospek perkembangan hadis di
pemikiran keislaman yang tradisional itu Indonesia itu berjalan menuju dua arah, yang
tentu saja menolak hal-hal yang sifatnya satu mempertahankan ciri-ciri tradisional,
baru, yang tidak ada sebelumnya. Kaum dan yang satu lagi berkembang dengan
tradisional, misalnya, menolak mentah- memanfaatkan situasi kemodernan.Walaupun
mentah al-Qur‘an diterjemahkan kedalam kemudian pada suatu kurun waktu tertentu
bahasa setempat atau bahasa Indonesia. misalnya dewasa ini, tidak lagi
mempersoalkan ciri khas masing-masing
9 Penjelasan Deliar Noer tersebut di atas,
dikembangkan oleh Imam Thalkhah dan Abdul Aziz., 11 Karel A. Steennbrink, Pesantren Madrasah
Deliar Noer, Gerakan Islam Kontemporer Di Sekolah Pendidikan Islam Dalam Kurun Modern
Indonesia (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), pp. 3–5. (Jakarta: LP3ES, 1994).
10 (Fijper 108)
Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202 191
dalam mengembangkan (pemahaman) hadis tradisional. Misalnya, jika seorang murid
maupun ilmu hadis. ingin resmi dianggap muhadis, maka terlebih
Ciri kultural dan modernis di atas, dahulu harus ada acara resmi pengijazahan
tampaknya paling tepat jika dipakai untuk hadis tersebut dari guru kepada murid-nya,
memetakan perkembangan hadis di atas suatu kitab hadis yang akan diajarkan
Indonesia, yang diletakkan dalam dua kepada murid-muridnya pula. Padahal
periodisasi, yaitu periode penyebaran hadis kegiatan penyampaian dan penerimaan
dan periode berikutnya adalah riwayat (hadis) dari seorang guru kepada
penerjemahkan hadis dan pengembangan murid itu hanya berlaku ketika dilakukan
ilmu hadis. penelitian terhadap para perawi hadis itu
yang hendak menunjukkan ada dan tidaknya
1. Periode Penyebaran Hadits di hubungan status guru-murid di antara perawi
Indonesia pada Kurun Awal penyampai dengan perawi penerima itu oleh
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian para ulama muhaddisin atau mukharij, seperti
pendahuluan makalah ini, bahwa fenomena pada masa ulama penulis kutub al-sitlah.Para
keagamaan Islam Indonesia pada awal abad ulama muhaddisin menganggap teori ini
XX itu sangat tradisional.Kondisi ini tentu sebagai suatu hal yang penting dipakai untuk
saja membawa konsekuensi logis terhadap melihat ketersambungan sanad hadis
penyebaran hadis itu sendiri pada masa itu, tersebut. Sebab dari situ akan diketahui mana
yang tidak ada perubahan yang berarti dari sanad yang bersambung dan mana yang tidak
masa sebelumnya. Hadis-hadis diduga kuat bersainbung. Demikian pula dari situ
disebarkan baik melalui lembaga pendidikan diketahui pula mana para perawi yang
formal (baca: pesantren) maupun non-formal mempunyai hubungan guru-murid, dalam
seperti ceramah atau pengajian melalui artian proses penerimaan secara liqa
pengutipan langsung dari kitab yang (bertemu langsung) dan hanya mu ‘asarah
berbahasa Arab. Namun umumnya bukan (sezaman) saja. Sehingga dari proses
khusus kitab hadis melainkan kitab fiqh.Hal penelitian dari sisi tahamul wa al-ada’ ini
ini bisa dimengerti karena dalam fiqh diketahui kualitas sanad hadis itu sendiri,
terdapat hadis sebagai sumber fiqh itu apakah tingkat ke-muttasil-annya pada
sendiri. Di lain pihak, budaya tulis-menulis tingkat liqa atau mu‘asarah saja, yang tentu
atau dunia penerbitan buku-buku keagamaan saja sanad hadis yang didalamnya terdapat
Islam yang berbahasa Indonesia belum perawi penyampai dan perawi penerima
semaju seperti sekarang, baik itu buku (guru-murid) yang berkualitas liqa itu lebih
terjemahan maupun ditulis oleh penulis- tinggi derajatnya daripada hanya tingkat mu
penulis Indonesia. Bahkan para santri di 'asarah saja.
pesantren jika belajar menterjemahkan dari
kyainya langsung, tidak menulis dalam Oleh karena itu menurut hemat penulis,
bahasa Indonesia atau bahasa daerah dengan sistem pengijazahan ini dalam proses
huruf-huruf tersebut, melainkan memakai penyampaian hadis itu sudah tidak berlaku
huruf Arab-Melayu atau orang Malaysia lagi. Karena seluruh hadis Nabi sudah
bilang Arab-Jawi. Barangkali dari kegiatan dibukukan dan ditakhrij oleh para ulamanya
inilah kemudian lahir di Indonesia khususnya sebelum mereka membukukan hadis-hadis
di dunia santri yang dinamakan hasyiyah, yang mereka terima dari para perawi yang
yaitu tulisan bergaya catatan pinggir, yaitu terdekat dengan mereka.
kitab ditulisi pinggirnya dengan berupa
Syarah-nya dariisi kitab tersebut, yang Namun itu tadi, barangkali untuk
didapat dari penjelasan seorang guru. menghormati jerih-payah para ulama dalam
menggeluti hadits, maka tradisi pengijazahan
Demikian juga penyampaian hadis dari ini masih terus diberlakukan di Indonesia
guru ke murid (Tahamul wa al-ada), setidak-tidaknya pada kurun awal abad XX,
umumnya menggunakan metode-metode Ini yang disebut penulis sebagai proses
192 Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202
penyampaian hadis yang masih Abdul Qadir Hassan Bangil (w. 1984), 8)
menggunakan metode-metode tradisional di Muhammad Yasin bin Isa Padang al-Makky
atas. (1916-1990).
Adapun para ulama hadis Indonesia pada Muhadis perlama, seperti tertulis di atas
paruh pertama abad XX, menurut catatan adalah Ahmad Khatib, kelahiran Bukit
Daud Rasyid Harun, seorang doktor alumni Tinggi, adalah salah seorang ulama pembawa
Timur Tengah,12 bahwa para ulama hadis paham pembaruan pemikiran Islam di
Indonesia pada masa kurun awal itu banyak Indonesia, atau yang lebih dikenal sebagai
sekali, tercatat sebanyak 69 orang. Namun wahabisme itu. Ahmad Khatib pertama kali
Daud Rasyid tidak menjelaskan secara pergi belajar ke Mekkah pada tahun 1871,
langsung batasan apa yang dipakainya dan belajar kepada Sayyid Umar Syatha,
sehingga seorang ulama itu termasuk ahli Sayyid Utsman Syatha dan Abi Bakr Syatha.
hadis.13Barangkali Daud Rasyid memakai Sepulang dari Mekkah kemudian ia
batasan yang paling umum tentang kriteria menyebarkan paham pembaruannya melalui
ulama tempo dulu, yang biasanya keluasan Iembaga-Iembaga keagamaan di
ilmunya sangat mumpuni, yang hampir saja Minangkabau.
menguasai berbagai cabang keilmuan Islam
yang sangat banyak itu.Misalnya seorang Pemikiran keagamaannya yang reformis
ulama Indonesia tempo dulu itu bukan saja tersebut tersebar dalam berbagai macam
ahli tafsir dan fiqh, tetapi dia juga sangat buku yang ditulisnya, baik dalam bahasa
menguasai hadis, walaupun tidak Melayu maupun bahasa Arab, yang menurut
menyebarkan pengetahuannya itu melalui catatan Daud Rasyid Azyumardi Azra
buku-buku yang ditulisnya, sehingga miszilnya, kclika ineiigumikan biografi
tercatatlah para ulama ahli hadis di Indonesia Abdussamad bin Ahdurrahman al-
sebanyak itu. Dan ulama yang disebutkan Palimbangi, yang dalam daftar ulama
sebagai ahli hadis Indonesia pada paruh mencapai 46 buah buku.14Namun tidak ada
pertama abad XX itu yang terkenal di satu pun buku khusus tentang hadis yang
antaranya adalah: 1). Ahmad Khatib bin ditulis oleh tokoh ini.
Abdul Latif Minang kabau (1859-1918), 2)
Muhammad Mahfudz bin Abdullah al- Muhadis kedua, adalah Mahammad
Tirmisi (1878-1919), 3) Hasyim Asy’ari Mahfudz bin Abdullah al-Tirmisi, yang lebih
Jombang (1865-1946), 4) A. Hassan (1886- dikenal dengan nama Mahfudz al-Tirmisi.
1957), 5) Munawar Khalil (1908-1960), 6) Kata al-Tirmisi itu adalah kampung
TM, Hasbi Ash-Shiddieqy (1904-1974), 7) kelahirannya di JawaTengah yang bernama
Termas. Ia terkenal di Hijaj sebagai salah
seorang tokoh muhadis dari Indonesia, yang
12 Daud Rasyid Harun, Juhud Ulama Indonisiya Fi
Al-Sunnah, Risalah Muqodimah Linail Darajat Al- pertama kali dikirim untuk belajar ke
Daktarah Fi Al-Syari at Al-Islamiyya (kairo: Jami’ah Mekkah oleh orang tuanya yakni Syeikh
al-Qahirah, 1996), p. 15. Abdullah al-Tirmisi yang dikenal
13 Azyumardi Azra misalnya, ketika menguraikan
didaerahnya sebagai ulama fuqaha, pada
biografi Abdussamad bin Abdurrahman al-palimbani,
tahun 1291 H/ 1875 M. dan pergi untuk
yang dalam daftar ulama ahli hadis versi Daud Rasyid
tokoh ini di tempatkan pada nomor urut 7, tidak kedua-kalinya pada tahun 1314 yang
menyebutkan palimbani ini secara jelas sebagai ahli selanjutnya bermukim dan wafat di Mekkah
hadis. Demikian juga azyumardi ketika menguraikan pada tahun 1919. Selama di Mekkah ia
Muhammah Arsyad al-Banjari, yang dsal;am daftar
banyak belajar ilmu keagamaan Islam dari
Daud Rasyid tokoh ini ditempatkan pada nomor urut8,
ulama-ulama di kota suci ini, termasuk hadis
tidak secara jelas menyebutkan al-Banjari sebagai ahli
hadis. Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur dan ilmu mushthalah hadis dari para ulama
Tengah Dalam Keplauan Nusantara Abad XVII Dan muhadisin yang terkenal di Timur Tengah.
XVIII, Melacak Akar-Akar Pembaruan Dan Pemikiran
Islam Di Indonesia (Bandung: Mizan, 1995), pp. 243–
57. 14 Harun, p. 49.
Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202 193
Selanjutnya ia kemudian mengajar dan Muhadis keempat, adalah A. Hassan
menulis berbagai macam buku yang sangat (1886-I957), tokoh ini terkenal sebagai
banyak di kota ini hingga sampai wafatnya. Hassan Bandung yang sangat terkenal
Khusus buku hadis dan ilmu hadis, sebagai ahli perdebatan keagamaan Islam di
Muhammad Mahfudz al-Tirmisi menulis Indonesia selama hidupnya.la merupakan
antara lain: 1) Manhaj dzaw-i al-nazhar fi guru besar Persatuan Islam (Persis), yang
syarh manzhumah ilmu al-atsar, 2) al- banyak melahirkan tokoh-tokoh Persis dalam
Manhat al-khairiyah fi arbain hadisan min kurun waktu kemudian, di samping tokoh-
ahadis khair al-bariyah, 3) al-Khal ‘at al- tokoh nasional seperti M. Natsir, dan HM.
fikriyah Isa An-shari. Bahkan Soekarno ketika di
bisyarh al-munhat al-khairiyah, dan 4) buang ke Endeh banyak melakukan
Kifayah al-mustafid lima ‘ala man al- korespondensi keagamaan dengan tokoh ini.
asaanid.
Kitab-kitab di atas merupakan kitab Pemikiran keagamaannya banyak tersebar
literatur ilmu hadis yang sangat penting dalam 157 buah buku, yang masih beredar
dalam penelitian hadis. -Kitab yang pertama hingga sekarang sekitar 50 buah buku saja di
di atas misalnya, merupakan karya al-Tirmisi antaranya tafsir al-Furqan-nya yang ditulis
yang sampai sekarang masih terbit dan sejak tahun 1930an. Pandangannya tentang
banyak beredar di Indonesia, karena kajian hadis yang terpentingadalah antara lain:
yang terdapat dalam kitab ini merupakan Hadis, dari segi boleh dipakai dan tidaknya
litelatur penting. Sebagai contoh, al-Tirmisi sebagai dasar syari’at Islam, dibagi tiga
misalnya menyatakan bahwa periwayatan macam: l) Hadis Maqbul, yang boleh
secara ‘an ‘anah yang tidak jelas itu, bila diterima, atau dipakai, 2) Hadits Dha‘if,
diriwayatkan oleh perawi yang Tsiqat, maka lemah, dan 3) Hadis Mawdhu (palsu).
periwayatan itu bias diterima.Karena diduga Sedangkan Hadis Maqbul ada tiga macam: 1)
kuat bahwa ketika seorang perawi itu hidup Hasan, 2) Shahih dan 3) Ashhah, lebih
sezaman, segenerasi dengan seorang perawi shahih. Dalam Hadis Ashhah ini termasuk
yang ada di atasnya (guru), maka sangat Hadis Mutawarir, yakni Hadis yang didengar
dimungkinkan pada masa itu bisa benemu langsung dari Nabi oleh orang banyak,
dan berkumpul antara keduanya.15 sehingga betul-betul yakni bahwa Hadis itu
dari Nabi. Hadis Hasan boleh dijadikan
Muhadis ketiga, adalah Syekh Hasyim alasan kalua tidak berlawanan dengan al-
Asy’ari Jombang (I865-1946).Ia adalah Qur’an, dengan Hadis Shahih atau dengan
pendiri Nahdhatul Ulama (NU) dan pendiri Hadis Ashhah.Hadis Shahih boleh dibuat
pesantren Jombang yang terkenal itu. Ia dalil apabila tidak berlawanan dengan al-
banyak mendidik para santrinya yang Qur’an atau dengan Hadis Ashhah.Hadis
kemudian terkenal sebagai ulama besar Ashhah boleh dijadikan dalil jika tidak
Indonesia. Namun penulis kesulitan untuk berlawanan dengan al-Qur’an.
mendapat referensinya yang lengkap tentang
tokoh ini, termasuk buah karyanya di bidang Demikian, A. Hassan menempatkan
hadis Hanya saja untuk membuktikan kedudukan al-Qur’an pada posisi utama dan
eksistensi tokoh ini, barangkali sudah cukup pertama, sehingga ia bisa mendrop Hadis
jelas tentang keberadaan pesantren Jombang sekalipun shahih menurut sanad-nya tetapi
di Jawa Timur yang terkenal itu, sehingga dianggap berlawanan dari segi matan-nya,
mampu melahirkan ulama tingkat nasional seperti dalam masalah Hadis yang
Bahkan cucunya, KH. Abdurrahman Wahid membolehkan “haji wakil”. Ia menolaknya,
memimpin NU dewasa ini.
15 Muhammad Mahfudz Al-Tirmisi, Manhaj Dzaw
Al-Nazhar (Beirut: Darr al-Fikr, 1981), p. 56.
194 Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202
karena menurut pendapatnya berlawanan suatu upacara khusus kepada
dengan al-Qur’an.16 murid-muridnya, dengan cara terlebih dahulu
seorang murid membaca hadis dalam sebuah
Muhadis kelima, adalah Munawar Khalil kitab hadis di hadapan beliau, kemudian ia
(I908-I960), seorang ulama dari Semarang, menyatakan: ajaztuka, maka resmilah murid
Jawa Tengah, ia juga mempakan tokoh ulama itu sebagai muhadis.
Persatuan Islam, yang bersama-sama A.
Hassan dan TM. Hasbi Ash-Shiddieqy duduk Pemikiran keagamaan tokoh yang satu ini,
di Majlis Ulama Persatuan Islam. Pandangan khususnya tentang hadis terlebih metode
keagamaannya yang tercermin termasuk ijazah tersebut dalam penyampaian hadis,
pandangannya terhadap hadis adalah terdapat adalah tercatat dalam kitab ilmu hadis
dalam bubu-buku yang telah ditulisnya, karyanya: Sad al-arab min ‘ulum al-isnadi
antara lain yang masih beredar adalah buku: wa al-adab, terbitan Mathba’ah Hijaziy,
Kembali kepada Alquran dan al- Mekkah. Karena menurut dia, metode ijazah
Sunnah,terbitan Bulan Bintang, Jakarta. itu mempakan tradisi para ulama salaf dalam
kegiatan ilmiah.17
Muhadis keenam dan ke lujuh yaitu: T.M.
Hasbi Ash-Shiddieqy (1904-1974),dan Abdul 2. Periode Penerjemahan Hadis dan
Qadir Hassan Bangil (putra A. Hassan yang Pengembangan Ilmu Hadis pada Kurun
wafat I984), yang juga tokoh ulama Akhir
Persatuan Islam sepeninggalan A. Hassan, Sebelum merdeka penyebaran hadis di
pandangan keagamaannya terutama hadis, Indonesia berbentuk kitab-kitab hadis dalam
akan ditemukan di bagian selanjutnya teks bahasa Arab Kitab-kitab ini umumnya
makalah ini, yaitu ketika mengungkap data terbitan Kairo-Mesir dan Beirut-Libanon
buku-buku ilmu hadits di Indonesia.Muhadis yang banyak dimiliki oleh para ulama
kedelapan, yaitu Muhammad Yasin bin Isa Indonesia.Namun dalam jumlah yang sangat
al-Padani al-Makky (l9l6-1990), adalah terbatas.Oleh sebab itu penyebaran hadis di
muhadis Indonesia yang berasal dari Padang kalangan umat Islam Indonesia masih sangat
dan bermukim di tanah suci Mekkah hingga minim.Hal yang menjadi kendala utamanya
wafatnya. Meskipun ia tinggal di Mekkah, barangkali terletak pada pemahaman bahasa
namun nasionalisme Indonesianya tidak Arabnya yang sangat minim pula.
pernah luntur, ia banyak memperhatikan
perkembangan keagamaan Islam di Sementara penyebaran hadis di Indonesia
Indonesia, terbukti telah beberapa kali pulang yang berbentuk terjemahan hanya sebagian
ke Indonesia dan murid-muridnya banyak kecil saja, kalau tidak boleh dikatakan tidak
tersebar di tanah airPemikiran keagamaannya ada bentuk penerjemahan sama sekali, dan
terutama tentang hadis, ia barangkali satu- terbatas untuk hadis-hadis yang berbentuk
satunya ulama yang masih mempenahankan himpunan. Itu pun bersifat himpunan hadis-
ciri penyampaian hadis dengan memakai hadis fiqh, karena langkanya usaha
metode ijazah, dalam artian bahwa seseorang penerbitan hadis dalam negeri, dan
itu jika ingin menyampaikan hadis kepada menggantungkan sepenuhnya penerbitan di
murid-muridnya melalui kitab-kitab hadis luar negeri yang telah dijelaskan di muka.
yang mu’tabar itu harus berijazah dari Bahkan menurut hasil penelitian yang
gurunya. Kebetulan ia sebagai muhadis yang dilakukan oleh I. Nurol Aen,18 tentangkap
mempunyai banyak murid di Indonesia,
maka dalam suatu kesempatan berkunjung ke
17 Untuk lebih jelasnya, lihat Muhammad Yasin
Indonesia, ia sempat memberi (jazah dalam
Ibn Isa al-Padani al-Maky, “al-Raud al-Nadhir fi’
al-ittisalani wa majmu ijazani bitsabt al-amir”, hlm.
18, dalam buku Sad al-arab min 'ulum al-isnadi wa
16 A. Hassan, Risalah Al-Qur’an Dan Al-Sunnah al-adab di atas.
(Bangil: Penerbitan Pesantren Persatuan Islam, 1972), 18Nurol Aen, ‘Perkembangan Literarur Hadis Di
p. 22. Indonesia’, Majalah Istiqra No. 6/th.VI/Juli-Desembe,
Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202 195
bahwa di berbagai pesantren, kitab-kitab Adapun brosur dan majalah yang banyak
hadis terbitan luar negeri itu dijadikan bahan memuat hadis, yang tentunya disertai
pelajaran di antaranya di surau Jembatan terjemahannya terdapatkan antara lain pada:
Besi (Minangkabau), sejak tahun I916 M. 1. Himpunan Putusan Tarjih tahun 1929 s-d
Kitab hadis al-Arbain harus dihafal oleh para 1972; dalam himpunan ini termuat 534
siswa. Bila tidak, maka dihukum berjam- hadis. Sembilan hadis dalam masalah
jam.19Sejak tahun 1918 M kitab hadis dan aqidah, 517 hadis dalam masalah ibadah
mushthalah hadis merupakan pelajaran siswa dan delapan hadis dalam masalah
kelas I sampai kelas 5 di Madrasah akhlak.24
Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 2. Majalah Soal Jawab tahun 1931 a-d 1934;
I920-an kitab Jawahir al-Bukhari telah diajar- diterbitkan oleh A. Hassan dan pemimpin-
kan di Parabek dan Padang Panjang.20 Di pemimpin persatuan Islam. Di dalamnya
Pesantren Modern Gontor Ponorogo, sejak terdapat jawaban-jawaban terhadap
tahun 1926 kitab Bulugh al-Maram telah penanyaan mengenai masalah-masalah
diajarkan kepada para santrinya dengan agama. Pada tahun 1968 majalah Soal
memakai bahasa Arab sebagai Jawab ini diterbitkan oleh CV Diponegoro
pengantarnya.21Kitab ini dipakai pula sebagai dalam bentuk buku terdiri dari tiga jilid.
bahan utama pelajaran hadis di Pesantren Dalam buku ini termuat I429 buah hadis.
Persatuan Islam (PERSIS) Bandung pada 124 buah hadis mengenai aqidah, 1279
tahun 1930.22Bahkan meski ada perubahan buah hadis mengenai fiqh dan 26 buah
kurikulum dewasa ini, pesamren ini tetap hadis mengenai akhlak.25
memakai kitab Bulugh al-Maram, di samping Dari uraian di atas dapat disimpulkan
kitab Shahih al-Bukhari sebagai bahan bahwa hadis-hadis yang dimuat dalam brosur
pelajaran hadis. dan majalah berjumlah 1971. 136 buah hadis
mengenai aqidah, 1798 buah mengenai fiqh
Selanjutnya masa penerjemahan hadis pun dan 37 buah hadis mengenai akhlak.
tiba saatnya, yang tentunya didukung oleh
lembaga penerbitan yang siap memenuhi Dari data di atas jelas bahwa bahasan fiqh
pasar pembaca muslim, yang rentetannya lebih banyak bila dibandingkan dengan
sebagai berikut: bahasan aqidah dan akhlak.Hal ini
Pada tahun 1937, kitab Shahih al-Bukhari disebabkan orientasi pemikiran sebagian
telah diterjemahkan oleh H. Zainuddin I- besar ahli-ahli agama pada waktu itu
Iamidy,Fachruddin Hs., Nasaruddin Thaha tertumpu kepada masalah ibadah praktis
dan Djohar Arifin. Terjemahan ini kemudian sehari-hari. Bahkan bagi golongan
diterbitkan Wijaya , Jakarta dalam bentuk tradisional, Islam seakan-akan sama dengan
buku pada tahun 1957, 1961, 1966, 1970, fiqh.26
1921, dan 1923.23 Sesudah kemerdekaan, perkembangan
hadis di Indonesia mengalami
kemajuan.Berbagai jenis koleksi telah
diterbitkan dalam bentuk yang lebih
sempurna, ada yang berbentuk terjemahan
December 1992. Data dalain tulisan ini sebagian
danada pula yang berisikan kumpulan atau
merujuk pada data temuan dalam tulisan ini.
19 Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia himpunan hadis.
1900-I942, p. 54. Dalam bentuk terjemahan, dapat diketahui
20 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam Di buku-buku sebagai berikut:
Indonesia (Jakarta: Mutiara, 1979), p. 77.
21Keterangan ini diperoleh Bapak I. Nurol Aen
pada tahun I971 dari ustadz Syirman, salah seorang 24 PP Muhammadiyyah, Himpunan Putusan
guru hadis di pondok Gontor Ponorogo ketika ia Takhrij 1929-1972 (Yogyakarta).
menjadi santri di pesantren ini. 25 A. Hassan, Soal Jawab Jilid I-III (Bandung: CV.
22Yunus, p. 77. Diponegoro, 1983).
23Zainuddin Hamidy, Terjemahan Shahih Bukhari 26Noer, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
(Jakarta: Wijaya, 1983). 1900-I942, p. 320.
196 Badri Khaeruman / Diroyah: Jurnal Ilmu Hadis 1,2 (Maret 2017): 187-202
1. Al-.Jami’al-Shahih susunan Imam al- 3. Bulugh al-Maram susunan Ibn Hajar al-
Bukhari, diterjemahkan oleh H. ’Asqalani; kitab ini diterjemahkan oleh A.
Zaenuddin Hamidy dkk. dalam empat Hassan dalam duajilid dan diterbitkan
jilid, kemudian diterbitkan oleh penerbit oleh CV Diponegoro tahun 1967, 1969,
Wijaya Jakarta pada tahun1957, 1970, 1972, 1974, 1976, 1979,1981, dan
1961,1966, 1970, 1981, dan 1983. 1983. Seluruh materi hadis diterjemahkan
Memuat 1125 buah hadis; 55 buah hadis dan susunannya disesuaikan dengan
mengenai aqidah, 1012 buah hadis susunan teks aslinya. Kitab terjemahan ini
mengenai fiqh dan 58 hadis mengenai memuat 1596 buah hadis, 1470 hadis
akhlak. Materi hadis-hadis itu kemudian mengenai fiqh dan 126 buah hadis
diterjemahkan menurut susunan teks mengenai akhlak. A. Hassan selain
aslinya. Materi hadis yang terdapat dalam menterjemah juga menguraikan berbagai
kitab aslinya tidak diteijemahkan pendapat ulama tentang hadis yang
seluruhnya. Oleh sebab itu, keempat jilid diterjemahkannya, serta memberikan dan
buku terjemahan ini hanya merupakan menguraikan pendapat pribadinya. Inilah
koleksi. Hal ini bisa dilihat dengan kelebihan penerjemah A. Hassan bila
diterjemahkannya satu buah hadis dari dibandingkan dengan penerjemah
beberapa materi hadis yang mempunyai lainnya.29
arti sama dalam matn dan sanadnya. 4. Riyadh al-Shalihin, susunan Imam Abu
Begitu pula ayat-ayat al-Qur’an, perkataan Zakaria Ibn Syaraf al-Nawawi; kitab ini
sahabat-sahabat Nabi serta beberapa sanad diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy
yang terclapat dalam teks asli tidak dalam dua jilid dan diterbitkan oleh PT.
diterjemahkan. Keterangan atau pendapat Al-Ma’arif Bandung pada tahun 1983.
lain dari penerjemah tidak didapatkan dari Seluruh materi hadis ini diterjemahkan
keempat buku tersebut. Hanya saja dan susunannya disesuaikan dengan teks
kadang-kadang didapatkan catatan kaki aslinya. Kitab terjemahan ini memuat
untuk menerangkan arti kata yang sulit.27 1822 buah hadis; 66 buah hadis mengenai
2. Al-Jamî al-Shahih susunan Imam Muslim; fiqh clan 1756 buah hadis mengenai
diterjemahkan oleh H.A. Razaq dkk. akhlak. Hampir di akhir setiap hadis yang
dalam empat jilid dan diterbitkan oleh diterjemahkan, penerjemah memberikan
penerbit Pustaka al-Husna Jakarta. penjelasan mengenai maksud hadis yang
Susunan materi Hadis diterjemahkan diterjemahkannya itu.30
menurut susunan teks aslinya. Dalam 5. Al-Ahadis al-Qudsiyah susunan al-Majlis
keempat jilid itu termuat 1503 buah hadis, al-A’la li Syu’un al-Islamiyah Kairo.
233 buah hadis mengenai aqidah, 968 Kitab ini diterjemahkan oleh M. Zuhri ke
buah hadis mengenai fiqh dan 302 buah dalam satu jilid dan diterbitkan oleh CV
hadis mengenai akhlak. Metode Toha Putra Semarang tahun 1981. Seluruh
penyusunan materi dan metode materi hadis diterjemahkan dan
penerjemahan dan penulisan dalam susunannya disesuaikan dengan teks
keempat jilid terjemahan bukutersebut aslinya. Kitab terjemahan ini memuat 409
sama dengan yang dilakukan oleh H. buah hadis; 162 buah hadis mengenai
Zainuddin dkk. dalam menerjemahkan aqidah, ll buah hadis mengenai fiqh dan
kitab al-Jami’ al-Shahih susunan Imam 136 buah hadis mengenai akhlak. Kadang-
Bukhari tersebut di atas. Keterangan atau kadang di akhir setiap hadis yang
pendapat lainnya dari penerjemah diterjemahkan, penerjemah memberikan
keempat jilid ini pun tidak didapatkan.28
29A. Hasan, Terjemahan Bulugh Al-Maram
27Hamidy. (Bandung: CV. Diponegoro, 1983).
28A Razaq, Terjemahan Shahih Muslim (Jakarta: 30Salim Bahreisy, Terjemhan Riyadh Al-Shalihin
Pustaka al-Husna, 1978). (Bandung: al-Ma’arif, 1983).
Description:Artikel ini akan mcncoba mengulas perkembangan study hadis di Indones pada abad ke dua puluh dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan.